Globalisasi Pendidikan
Dalam proses globalisasi tidak terlepas dari suatu perubahan, yaitu perubahan yg terjadi dalam aneka macam aspek kehidupan manusia. Apabila kebudayaan secara awam adalah suatu rangkaian agama, nilai-nilai, serta gaya hidup dari suatu masyarakat tertentu didalam keberadaan kehidupan sehari-hari, maka dewasa ini didalam era globalisasi mulai muncul apa yg dipercaya kebudayaan global. Kebudayaan global bisa diartikan menjadi moderrnitas. Dalam hal ini modernitas mempunyai pengertian masyarakat modern, gaya hidup modern, ekonomi modern, budaya modern, serta pendidikan modern.
Proses globalisasi adalah suatu rangkaian proses yg mengintegrasikan kehidupan global didalam suatu ruang serta waktumelalui internasionalisasi perdagangan, internasionalisasi pasar dari produksi serta keuangan, internasionalisasi dari komoditas budaya yg ditopang oleh jaringan system telekomunikasi global yg semakin sophisticated serta cepat. Intinya dari proses globalisasi yaitu terciptanya suatu jaringan kehidupan yg semakin terintegrasi.
Kaitan antara globalisasi serta pendidikan menurut Giddens terletak didalam lahirnya suatu masyarakat baru yaitu knowledge-based-society yg adalah anak kandung dari proses globalisasi.[1]Karena globalisasi, ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat yg adalah dasar dari globalisasi ekonomi serta politik di dunia ini. Namun demikian suatu knowledge-based society yg didasarkan kepada ilmu pengetahuan akan terus-menerus berubah serta adalah subyek buat revisi. hal ini memerlukan apa yg disebutnya perilaku refleksif dari manusia yaitu kemampuan buat merenungkan mengenai kehidupannya sesuai rasio.
Untuk itu pendidikan sangat vital didalam mewujudkan masyarakat masa depan yg sesuai ilmu pengetahuan, melalui pendidikan proses transmisi serta pengembangan ilmu pengetahuan akan terjadi.
Lahirnya globalisasi , yg kemudian disusul dengan penetrasi teknologi yg sangat sophisticated, menjembatani bangsa-bangsa didunia ini menjadi global village[2]. Globalisasi berkembang melintasi batas-batas keelokan. Dalam syarat seperti ini dunia menunjuk pada proses integrasi serta homogenisasi budaya. Akan namun proses integrasi serta homogenisasi ini menimbulkan reaksi yg bermacam-macam.
Lahirnya budaya global bukan berarti hilangnya identitas suatu masyarakat, justru globalisasi sudah merangsang pencerahan individu, pencerahan etnis dari suatu komunitas yg pluralistik. Artinya pendidikan nasional kita perlu mempunyai perilaku didalam menghadapi perubahan-perubahan global dalam era globalisasi dewasa ini.
Kemudian yg menjadi pertanyaan, bagaimana seharusnya kita menghadapi arus globalisasi yg mempumyai dua wajah ini? Terlebih ketika dibenturkan dalam dunia pendidikan. Seringkali kita menemukan adanya indikasi dari menurunnya nilai serta moral anak bangsa diantaranya karena adanya pengaruh globalisasi, namun disisi lain adanya kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi juga pengaruh dari arus globalisasi, sehingga menjadikan dunia ini serasa tidak lagi bulat melainkan rata.
Globalisasi ialah suatu proses tatanan masyarakat yg mendunia serta tidak mengenal batas daerah. Globalisasi pada hakikatnya ialah suatu proses dari gagasan yg dimunculkan, kemudian ditawarkan buat diikuti oleh bangsa lain yg akhirnya sampai pada suatu titik konvensi bersama serta menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005). Globalisasi sering diterjemahkan mendunia atau mensejagat, yaitu dengan cepat menyebar keseluruh plosok dunia, baik berupa ide, gagasan, data, warta, serta sebagainya begitu disampaikan ketika itu jua diketahui oleh semua orang diseluruh dunia. Globalisasi selain menghadirkan ruang positif namun juga masih terdapat sisi negativenya. Globalisasi ialah adalah sebuah tantangan yg wajib dihadapi serta dikontekskan pada keadaan yg terdapat pada masa kini.
Pengaruh globalisasi mempunyai implikasi atau bahkan dampak atas aneka macam Negara atau bangsa, sepertinya didasarkan pada dua asumsi. Pertama, sekurang-kurangnya sampai tingkat tertentu, pelaku atau subjek globalisasi ialah Negara-negara industri maju. Dengan celoteh lain, globalisasi sampai tingkat tertentu adalah kepanjangan tangan (extension) kepentingan Negara industri maju. Kedua, kekhawatiran, kecemasan, atau bahkan ketakutan akan pengaruh atau dampak terutama yg bersifat negative dari globalisasi umumnya dirasakan terutama oleh bangsa-bangsa dalam Negara berkembang, yg lebih adalah objek daripada subjek globalisasi. Meskipun demikian, baik karena ketergantungan Negara berkembang pada Negara-negara maju dalam aneka macam bidang, keuangan, ekonomi, maupun teknologi, ataupun keinginan buat mengejar kemajuan, sadar atau tidak, mau atau tidak, Negara-negara berkembang sebenarnya juga mendukung proses globalisasi itu. Dalam pengertian ini, Negara-negara berkembang juga adalah subjek atau pelaku globalisasi walaupun lebih pasif sifatnya.[1]
Dari globalisasi tadi maka akan berpengaruh, implikasi ataupun dampaknya, khususnya terhadap Negara-negara berkembang seperti Indonesia, terutama dalam ranah pendidikan, nilai-nilai moral, sosial, politik budaya serta humanisme, baik yg bersifat positif maupun negative akan sangat akbar efek yg ditimbulkan. Ini semua adalah tantangan khususnya bagi generasi muda menjadi penerus bangsa, bagaimana mengemas globalisasi ini sebaik mungkin merogoh nilai positifnya serta menghindari sisi negatifnya.
Hal itu juga berimbas pada perkembangan dunia pendidikan di Indonesia yg tidak mampu dilepaskan dari pengaruh perkembangan arus globalisasi, dimana ilmu pengetahuan serta teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga adalah tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan serta tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional wajib mampu meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, serta memperbaiki menejemen pendidikan agar lebih produktif serta efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat buat mendapatkan pendidikan.
Ketidaksiapan bangsa Indonesia dalam mencetak SDM yg berkualitas serta bermoral yg dipersiapkan buat terlibat serta berkecimpung dalam kancah globalisasi, menimbulkan dampak negative yg tidak sedikit jumlahnya bagi masyarakat, paling tidak terdapat 3 dampak negative yg akan terjadi dalam dunia pendidikan Indonesia, yaitu:
Pertama, dunia pendidikan akan menjadi objek komoditas serta komersil seiring dengan kuatnya hembusan paham neoliberalisme yg melanda dunia. Paradigma dalam dunia komersil ialah usaha mencari pasar baru serta memperluas bentuk-bentuk usaha secara terus menerus. Globalisasi mampu memaksa liberalisasi aneka macam sektor yg dulunya non-komersial menjadi komoditas dalam pasar yg baru. Tidak heran jikalau sekolah masih membebani orang tua murid dengan sejumlah hukum berlabel uang komite atau uang sumbangan pembangunan institusi meskipun pemerintah sudah menyediakan serta Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Kedua, mulai melemahnya kekuatan kontrol pendidikan oleh Negara. Tuntutan buat berkompetisi serta tekanan institusi global, seperti International Monetary Fund (IMF) serta World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik serta pembuat kebijakan wajib berkompromi buat melakukan perubahan. Lahirnya UUD 1945 yg sudah diamandemenkan, UU Sisdiknas, serta PP no 19 tahun 2005 perihal Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya sudah membawa perubahan paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi disentralistis.
Ketiga, globalisasi akan mendorong delokasi serta perubahan teknologi serta orientasi pendidikan. Pemanfaatan teknologi baru, seperti personal komputer serta internet, sudah membawa perubahan yg sangat revolusioner dalam dunia pendidikan yg tradisional. Pemanfaatan multimedia yg portable serta menarik sudah menjadi pemandangan yg biasa dalam praktik pembelajaran didunia sekolah Indonesia. Disinilah bahwa pendidikan menjadi planning prioritas kebangsaan yg tidak bisa ditunda-tunda lagi buat dilakukan seoptimal mungkin.
Selain dampak negative, pengaruh globalisasi juga membawa dampak yg positif. Sebagian ahli sudah melihat betapa akbar impact/ imbas yg ditimbulkan oleh pengaruh global ini menjadi suatu global revolution. Globalisasi sudah menimbulkan gaya hidup baru yg tampak dengan jelas dalam mempengaruhi kehidupan. Ada aneka macam dampak yg ditimbulkan oleh globalisasi terhadap dunia pendidikan, yaitu:
1.Dampak Positif globalisasi Pendidikan
a.Akan semakin mudahnya akses warta.
b.Globalisasi dalam pendidikan akan menciptakan manusia yg professional serta berstandar internasional dalam bidang pendidikan.
c.Globalisasi akan membawa dunia pendidikan Indonesiabisa bersaing dengan Negara-negarara lain.
d.Globalisasi akan menciptakan tenaga kerja yg berkualitas serta mampu bersaing
e.Adanya perubahan struktur serta system pendidikan yg meningkatkan tujuan buat meningkatkan mutu pendidikan
2.Dampak negative globalisasi dalam pendidikan
Globalisasi pendidikan tidak selamanya membawa dampak positive bagi dunia pendidikan, melainkan globalisasi mempunyai dampak negative yg perlu di antisipasi, dampaknya antara lain:
a.Dunia pendidikan Indonesia bisa dikuasai oleh para pemilik modal.
b.Dunia pendidikan akan sangat tergantung pada teknologi, yg berdampak munculnya tradisi serba instant.
c.Globalisasi akan melahirkan suatu golongan-golongan di dalam dunia pendidikan.
d.Akan semakin terkikisnya kebudayaan bangsa hasil masuknya budaya dari luar.[2]
Globalisasi dunia pendidikan mampu memaksa liberalisasi aneka macam sektor, mengakibatkan melonggarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh Negara karena mengacu ke Standar Internasional, yg mana bahasa Inggris menjadi sangat vital menjadi bahasa komunikasi, agar mampu bersaing di era globalisasi ketika ini.
Globalisasi sudah menciptakan dunia yg semakin terbuka serta saling ketergantungan antarnegara serta antarbangsa. Negara atau bangsa dunia kini bukan saja saling terbuka terhadap satu sama lain, namun juga saling ketergantungan satu sama lain serta itu bersifat asimetris, artinya satu Negara lebih tergantung pada Negara lain daripada kebalikannya. Karena saling ketergantungan serta saling keterbukaan ini, semua Negara pada prinsipnya akan terbuka terhadap pengaruh globalisasi. Dan efek yg ditimbulkan ialah akan masuknya secara bebas nilai-nilai moral, sosial budaya, serta sebagainya yg akan berdampak pada ranah pendidikan yg cenderung akan banyaknya nilai-nilai negative yg masuk tanpa adanya penyaringan.
1.Responsifitas dalam Menghadapi
Setelah mengkaji globalisasi pendidikan terutama problematika serta pengaruh atau dampak yg ditimbulkannya, dalam hal ini berkaitan perihal ranah pendidikan, kita tidak akan mungkin terlepas dari elemen-elemen yg sangat berpengaruh didalamnya serta saling berkaitan satu sama lainnya. Yaitu, pendidik (guru), peserta didik (siswa), orang tua ( keluarga), serta lingkungan.
Telah kita ketahui bersama bahwa globalisasi bisa berdampak positif dalam melakukan perubahan yg lebih baik, namun disisi lain mempunyai dampak negatif yg mampu menjadi boomerang bagi dunia pendidikan khususnya di Indonesia. Hal itu semua akan tergantung bagaimana elemen-elemen yg sangat berpengaruh dalam pendidikan mampu bersikap responsive dalam menghadapi arus globalisasi yg tidak bisa kita hindari, artinya dalam menghadapi arus globalisasi ini kita tidak akan pernah menemukan suatu penyelesaian dengancara menghindari serta berpura-pura tidak memahami apa-apa.
Ada beberapa hal yg perlu diperhatikan oleh semua elemen diatas tadi dalam menghadapi arus globlisasi dalam dunia pendidikan.
1.Pendidik (Guru)
Menurut undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 perihal Guru serta Dosen sudah ditegaskan bahwa yg dimaksud Guru ialah pendidik professional dengan tugas primer mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi peserta didik dijalur pendidikan formal, pendidikan dasar, serta pendidikan menengah.
Disamping itu, di era global ketika ini dituntut adanya fungsi dari keberadaan guru menjadi tenaga professional, yg mampu meningkatkan martabat serta mampu melaksanakan system pendidikan nasional serta mewujudkan pendidikn nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yg beriman serta bertakwa.
Maka dari itu, masalah guru adalah topik yg tidak pernah habis dibahas serta selalu aktual seiring dengan perubahan zaman serta pengaruh globalisasi dalam pendidikan, karena permasalahan guru sendiri serta dunia pendiidkan yg menyangkutnya selalu diperbincangkan. Pada dasarnya problem etika serta moral anak bangsa, bukan hanya permasalahan guru namun andai saja yg dituju ialah moral peserta didik (siswa), maka tidak terdapat alasan buat guru dilibatkan. Guru menjadi pengajar serta pendidik, memang tidak hanya wajib membina para murid segi kognitif serta psikomotoriknya demi peningkatan nilai nomor. Akan namun, seorang guru sangat dituntut agar apa yg dia kerjakan dipraktekan oleh para muridnya dalam kehidupan.
Guru ialah orang yg bertanggung jawab atas peningkatan moral pelajar serta juga kemerosotannya. Untuk itu tugas guru tidak terbatas pada pedagogi mata pelajaran, akan namun yg paling vital ialah pencetakan karakter murid. Tantangan problem ini memang sangat sulit bagi seorang guru karena keterbatasan kontrolling pada murid kerap membuatnya kecolongan.
Disamping itu,dalam menghadapi era globalisasi guru dituntut meningkatkan profesionalitasnya menjadi pengajar serta pendidik. Guru juga wajib siap menghadapi celoteh kunci dunia pendidikan, seperti: kompetisi, transparansi, efisiensi, serta kualitas tinggi. Dengan demikian kualitas mutu pendidikan wajib sangat diperhatikan oleh para guru buat menyelamatkan profesinya.[3]
Untuk itu dalam peningkatan kualitas pedagogi, guru wajib bisa mengembangun 3 intelegensi dasar siswa. Yaitu: intelektual, emosional, serta moral. Tiga unsur itu wajib ditanamkan pada diri murid sekuat-kuatnya agar terpatri dalam dirinya. Kemudian system pembelajaran yg kreatif serta inovatif juga menjadi vital bagi guru, sehingga mampu megembangkan seluruh potensi diri siswa, serta memunculkan keinginan bagi siswa buat maju yg diikuti ketertarikan buat menemukan hal-hal baru pada bidang yg diminati melalui belajr mandiri (self study) yg bertenaga. Dengan perkembangan bidang teknologi warta semakin mendorong dalam kemajuan bidang ilmu pengetahuan, sehingga dunia pendidikan wajib mempunyai kemampuan buat memanfaatkan semaksimal mungkin.
2.Peserta didik (Siswa)
Selain tugas primer seorang siswa yaitu belajar, seorang siswa juga wajib mampu memilah serta memilih segala pengaruh yg masuk dalam dirinya, baik itu pengaruh dari teman sebayanya, lingkungannya, maupun media masa. Dampak dari pengaruh globalisasi terhadap siswa akan sangat mungkin berdampak negativ serta menghancurkan dirinya andai saja tidak segera ditanggulangi.
Baik pengaruh positif maupun negatif dari globalisasi akan sangat terlihat jelas bagi siswa dalam konduite serta tingkah lakunya sehari-hari. Hal itu dikarenakan mereka masih dalam masa-masa labil, serta masa-masa dimana selalu ingin mencoba sesuatu hal yg dipercaya baru. Hal ini yg perlu diperhatikan bagi orang-rang dewasa yg terdapat disekitarnya.
Akses internet yg terbuka seluas-luasnya akan berdampak tidak baik bagi siswa andai saja dipakai buat mengakses video porno, maupun gambar-gambar lainnya yg tidak sepantasnya mereka akses. Namun akan sangat baik andai saja akses interet dipakai oleh mereka buat mencari warta serta pengetahuan sebanyak-banyaknya karena dunia ini akan terasa sempit melaui dunia maya.
Dua hal yg saling kontradiktif namun sangat dekat sekali, sehingga tidak sporadis yg menyalahgunkan dalam pemanfaatan kemajuan teknologi bagi siswa. Maka dari itu 3 unsur dasar bagi siswa, yaitu intelektual, emosional, serta moral sangat vital buat mereka miliki.
Intelektual murid wajib luas, agar dia bisa menghadapi arus globalisasi serta tidak ketinggalan zaman, apalagi sampai terbawa arus. Selain itu, dimensi emosional serta spiritual siswa juga wajib terdidik dengn baik, agar bisa melahirkan konduite yg baik serta bisa bertahan diantara pengaruh demoralisasi di era globalisasi dengan prinsip spiritualnya.
3.Orang tua (Keluarga)
Orang tua atau keluarga dipercaya menjadi pendidikanpertama bagi anak sebelum mereka dikenalkan dengan dunia luar. Pengaruh keluarga juga sangat akbar dalam pertumbuhan seorang anak, karena disamping mempunyai kedekatan secara emosional, mereka juga mempunyai tingkat kebersamaan yg lebih karena tinggal dalam satu atap atau satu tempat tinggal.
Peran orang tua buat mencari tau segala kegiatan yg dilakukan oleh anak-anaknya sangat vital, dimana andai saja keluarga sedikit mengbaikan itu maka akan berdampak pada kepribadian serta konduite anak-anaknya yg tidak terkontrol. Orang tua terkadang memberikan sepenuhnya kepada sekolah dalam mendidik serta berbagi potensi anak, padahal tidak sampai disitu saja karena kontrol dari sekolah terbatas hanya dalam jam pelajaran sekolah.
Mencari memahami segala kegiatan anak tidak wajib dengan mengikutinya setiap detik serta setiap waktu. Namun bisa dilakukan dengan banyak hal serta cara, seperti dengan memberikan perhatian, menanyakan dengan siapa teman bermain, menanyakan keadaan anak kepada guru-guru nya di sekolah,serta lain sebagainya. Hal seperti ini sangat simpel dilakukan, namun terkadang orang tua sibuk dengan kegiatannya masing-masing bahan tidak mau memahami sehingga anak acapkali terabaikan.
4.Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal akan berdampak akbar pada konduite serta kepribadian seseorang, karena acapkali pengaruh teman sebayanya mampu mengalahkan pengaruh guru maupun orang tua.
Gaya hidup lingkungan sekitar juga mampu mengganggu tatanan yg sudah diajarkan disekolah, yaitu yg berkaitan dengan moral seperti tingkah laku serta menghormati orang yg lebih tua acapkali diabaikan karena pengaruh norma orang-orang yg terdapat disekitar kita.
Untuk itu pemilihan lingkungan sangat vital dalam menghadapi arus globalisasi yg akan berdampak pada dunia pendidikan. Karena kewajiban kita ialah bagaimana berinteraksi dengan nya secara positif. Toh, realitas (globalisasi) ini tidak semuanya tidak baik, serta tidak jua semuanya baik. Karena itu kita wajib menyikapinya lewat aneka macam bentuk artikulasi yg kritis namun proporsional.
Pangkal dari arus globalisasi yaitu berada pada kemajuan teknologi warta serta komunikasi yg mampu membawa kepada perubahan-perubahan dalam bidang pendidikan baik perubahan positif maupun perubahan negative.
Maka, Clossing Statement........
Globalisasi sangat erat kaitannya dengan pendidikan yg didalamnya masih terdapat proses mempengaruhi dalam segala bidang terutama dalam ranah pendidikan, yg berimbas pada nlai-nilai moral, sosial, budaya serta kepribadian yg mampu berdampak positif serta negatif. Pendidikan tidak mungkin menisbikan proses globalisasi yg akan mewujudkan masyarakat global ini. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia wajib melakukan reformasi dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yg lebih komperehensif serta fleksibel. Dan dalam merespon globalisasi, kita hendaknya tidak terjebak ke dalam perilaku-perilaku ekstrem, mendukung serta menerimanya tanpa reserve atau menolaknya mentah-mentah. Akan namun, hendaknya kita bisa bersikap lebih kritis serta kreatif dengan melakukan penelaahan terhadap setiap sisi dari globalisasi.
Dalam konteks Global, UU nomor 17 tahun 2007 merumuskan misi agar Indonesia ikut berperan vital dalam pergaulan dunia Internasional. Misi ini tidak mungkin bisa dicapai tanpa adanya sensitifitas global yg dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. Karena itu melalui pendidikan lah yg mampu menumbuhkan sensitifitas atau pencerahan global ini. Bukan malah menjadikan arus globalisasi yg menggrogoti pendidikan di Indonesia.
Pembentukan karakter bangsa yg mempunyai kepedulian terhadap dunia global menjadi cukup vital. Melalui karakter ini generasi muda diharapkan mampu mengikuti perkembangan dunia global secara kritis. Tidak semata-mata larut dalam aneka macam perubahan serta perkembangan yg terjadi. Apalagi sampai ikut menjadi pelaku aneka macam kejahatan Internasional. Sebaliknya yg diharapkan ialah generasi yg mampu memberikan solusi bagi masa depan dunia yg lebih adil serta damai.
Seorang pendidik/ guru mempunyai tanggung jawab serta peran vital dalam menghadapi tantangan masyarakat global di era globalisasi ini. Guru sangat dituntut buat tetap eksis serta meningkatkan profesionalitasnya menjadi pengajar serta pendidik yg menjadi penentu arah generasi penerus bangsa.
[1] J. Soedjati Djiwandono. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius 2000 hal 103 (disampaikan pada seminar bertajukQuo Vadis Pendidikan di Indonesia, 21 23 Agustus 2000).
[2] Dr Ali Idrus, M.Pd, ME. Manajemen Pendidikan Global, Jakarta: GP Press 2010 hal 48 - 49
[3] Dr Ali Idrus, M.Pd, ME. Manajemen . Ibid. hal 61
[1]H.A.R. Tilaar. Manifesto Pendidikan Nasional. Jakarta: Buku Kompas. 2005. Hal.165
[2] Bagus Mustakim. Pendidikan Karakter ; Membangun karakter emas menuju Indonesia bermartabat. Yogyakarta: Samudra Biru. 2011. Hal. 88-89
Dalam proses globalisasi tidak terlepas dari suatu perubahan, yaitu perubahan yg terjadi dalam aneka macam aspek kehidupan manusia. Apabila kebudayaan secara awam adalah suatu rangkaian agama, nilai-nilai, serta gaya hidup dari suatu masyarakat tertentu didalam keberadaan kehidupan sehari-hari, maka dewasa ini didalam era globalisasi mulai muncul apa yg dipercaya kebudayaan global. Kebudayaan global bisa diartikan menjadi moderrnitas. Dalam hal ini modernitas mempunyai pengertian masyarakat modern, gaya hidup modern, ekonomi modern, budaya modern, serta pendidikan modern.
Proses globalisasi adalah suatu rangkaian proses yg mengintegrasikan kehidupan global didalam suatu ruang serta waktumelalui internasionalisasi perdagangan, internasionalisasi pasar dari produksi serta keuangan, internasionalisasi dari komoditas budaya yg ditopang oleh jaringan system telekomunikasi global yg semakin sophisticated serta cepat. Intinya dari proses globalisasi yaitu terciptanya suatu jaringan kehidupan yg semakin terintegrasi.
Kaitan antara globalisasi serta pendidikan menurut Giddens terletak didalam lahirnya suatu masyarakat baru yaitu knowledge-based-society yg adalah anak kandung dari proses globalisasi.[1]Karena globalisasi, ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat yg adalah dasar dari globalisasi ekonomi serta politik di dunia ini. Namun demikian suatu knowledge-based society yg didasarkan kepada ilmu pengetahuan akan terus-menerus berubah serta adalah subyek buat revisi. hal ini memerlukan apa yg disebutnya perilaku refleksif dari manusia yaitu kemampuan buat merenungkan mengenai kehidupannya sesuai rasio.
Untuk itu pendidikan sangat vital didalam mewujudkan masyarakat masa depan yg sesuai ilmu pengetahuan, melalui pendidikan proses transmisi serta pengembangan ilmu pengetahuan akan terjadi.
Lahirnya globalisasi , yg kemudian disusul dengan penetrasi teknologi yg sangat sophisticated, menjembatani bangsa-bangsa didunia ini menjadi global village[2]. Globalisasi berkembang melintasi batas-batas keelokan. Dalam syarat seperti ini dunia menunjuk pada proses integrasi serta homogenisasi budaya. Akan namun proses integrasi serta homogenisasi ini menimbulkan reaksi yg bermacam-macam.
Lahirnya budaya global bukan berarti hilangnya identitas suatu masyarakat, justru globalisasi sudah merangsang pencerahan individu, pencerahan etnis dari suatu komunitas yg pluralistik. Artinya pendidikan nasional kita perlu mempunyai perilaku didalam menghadapi perubahan-perubahan global dalam era globalisasi dewasa ini.
Kemudian yg menjadi pertanyaan, bagaimana seharusnya kita menghadapi arus globalisasi yg mempumyai dua wajah ini? Terlebih ketika dibenturkan dalam dunia pendidikan. Seringkali kita menemukan adanya indikasi dari menurunnya nilai serta moral anak bangsa diantaranya karena adanya pengaruh globalisasi, namun disisi lain adanya kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi juga pengaruh dari arus globalisasi, sehingga menjadikan dunia ini serasa tidak lagi bulat melainkan rata.
Globalisasi ialah suatu proses tatanan masyarakat yg mendunia serta tidak mengenal batas daerah. Globalisasi pada hakikatnya ialah suatu proses dari gagasan yg dimunculkan, kemudian ditawarkan buat diikuti oleh bangsa lain yg akhirnya sampai pada suatu titik konvensi bersama serta menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005). Globalisasi sering diterjemahkan mendunia atau mensejagat, yaitu dengan cepat menyebar keseluruh plosok dunia, baik berupa ide, gagasan, data, warta, serta sebagainya begitu disampaikan ketika itu jua diketahui oleh semua orang diseluruh dunia. Globalisasi selain menghadirkan ruang positif namun juga masih terdapat sisi negativenya. Globalisasi ialah adalah sebuah tantangan yg wajib dihadapi serta dikontekskan pada keadaan yg terdapat pada masa kini.
Pengaruh globalisasi mempunyai implikasi atau bahkan dampak atas aneka macam Negara atau bangsa, sepertinya didasarkan pada dua asumsi. Pertama, sekurang-kurangnya sampai tingkat tertentu, pelaku atau subjek globalisasi ialah Negara-negara industri maju. Dengan celoteh lain, globalisasi sampai tingkat tertentu adalah kepanjangan tangan (extension) kepentingan Negara industri maju. Kedua, kekhawatiran, kecemasan, atau bahkan ketakutan akan pengaruh atau dampak terutama yg bersifat negative dari globalisasi umumnya dirasakan terutama oleh bangsa-bangsa dalam Negara berkembang, yg lebih adalah objek daripada subjek globalisasi. Meskipun demikian, baik karena ketergantungan Negara berkembang pada Negara-negara maju dalam aneka macam bidang, keuangan, ekonomi, maupun teknologi, ataupun keinginan buat mengejar kemajuan, sadar atau tidak, mau atau tidak, Negara-negara berkembang sebenarnya juga mendukung proses globalisasi itu. Dalam pengertian ini, Negara-negara berkembang juga adalah subjek atau pelaku globalisasi walaupun lebih pasif sifatnya.[1]
Dari globalisasi tadi maka akan berpengaruh, implikasi ataupun dampaknya, khususnya terhadap Negara-negara berkembang seperti Indonesia, terutama dalam ranah pendidikan, nilai-nilai moral, sosial, politik budaya serta humanisme, baik yg bersifat positif maupun negative akan sangat akbar efek yg ditimbulkan. Ini semua adalah tantangan khususnya bagi generasi muda menjadi penerus bangsa, bagaimana mengemas globalisasi ini sebaik mungkin merogoh nilai positifnya serta menghindari sisi negatifnya.
Hal itu juga berimbas pada perkembangan dunia pendidikan di Indonesia yg tidak mampu dilepaskan dari pengaruh perkembangan arus globalisasi, dimana ilmu pengetahuan serta teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga adalah tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan serta tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional wajib mampu meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, serta memperbaiki menejemen pendidikan agar lebih produktif serta efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat buat mendapatkan pendidikan.
Ketidaksiapan bangsa Indonesia dalam mencetak SDM yg berkualitas serta bermoral yg dipersiapkan buat terlibat serta berkecimpung dalam kancah globalisasi, menimbulkan dampak negative yg tidak sedikit jumlahnya bagi masyarakat, paling tidak terdapat 3 dampak negative yg akan terjadi dalam dunia pendidikan Indonesia, yaitu:
Pertama, dunia pendidikan akan menjadi objek komoditas serta komersil seiring dengan kuatnya hembusan paham neoliberalisme yg melanda dunia. Paradigma dalam dunia komersil ialah usaha mencari pasar baru serta memperluas bentuk-bentuk usaha secara terus menerus. Globalisasi mampu memaksa liberalisasi aneka macam sektor yg dulunya non-komersial menjadi komoditas dalam pasar yg baru. Tidak heran jikalau sekolah masih membebani orang tua murid dengan sejumlah hukum berlabel uang komite atau uang sumbangan pembangunan institusi meskipun pemerintah sudah menyediakan serta Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Kedua, mulai melemahnya kekuatan kontrol pendidikan oleh Negara. Tuntutan buat berkompetisi serta tekanan institusi global, seperti International Monetary Fund (IMF) serta World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik serta pembuat kebijakan wajib berkompromi buat melakukan perubahan. Lahirnya UUD 1945 yg sudah diamandemenkan, UU Sisdiknas, serta PP no 19 tahun 2005 perihal Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya sudah membawa perubahan paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi disentralistis.
Ketiga, globalisasi akan mendorong delokasi serta perubahan teknologi serta orientasi pendidikan. Pemanfaatan teknologi baru, seperti personal komputer serta internet, sudah membawa perubahan yg sangat revolusioner dalam dunia pendidikan yg tradisional. Pemanfaatan multimedia yg portable serta menarik sudah menjadi pemandangan yg biasa dalam praktik pembelajaran didunia sekolah Indonesia. Disinilah bahwa pendidikan menjadi planning prioritas kebangsaan yg tidak bisa ditunda-tunda lagi buat dilakukan seoptimal mungkin.
Selain dampak negative, pengaruh globalisasi juga membawa dampak yg positif. Sebagian ahli sudah melihat betapa akbar impact/ imbas yg ditimbulkan oleh pengaruh global ini menjadi suatu global revolution. Globalisasi sudah menimbulkan gaya hidup baru yg tampak dengan jelas dalam mempengaruhi kehidupan. Ada aneka macam dampak yg ditimbulkan oleh globalisasi terhadap dunia pendidikan, yaitu:
1.Dampak Positif globalisasi Pendidikan
a.Akan semakin mudahnya akses warta.
b.Globalisasi dalam pendidikan akan menciptakan manusia yg professional serta berstandar internasional dalam bidang pendidikan.
c.Globalisasi akan membawa dunia pendidikan Indonesiabisa bersaing dengan Negara-negarara lain.
d.Globalisasi akan menciptakan tenaga kerja yg berkualitas serta mampu bersaing
e.Adanya perubahan struktur serta system pendidikan yg meningkatkan tujuan buat meningkatkan mutu pendidikan
2.Dampak negative globalisasi dalam pendidikan
Globalisasi pendidikan tidak selamanya membawa dampak positive bagi dunia pendidikan, melainkan globalisasi mempunyai dampak negative yg perlu di antisipasi, dampaknya antara lain:
a.Dunia pendidikan Indonesia bisa dikuasai oleh para pemilik modal.
b.Dunia pendidikan akan sangat tergantung pada teknologi, yg berdampak munculnya tradisi serba instant.
c.Globalisasi akan melahirkan suatu golongan-golongan di dalam dunia pendidikan.
d.Akan semakin terkikisnya kebudayaan bangsa hasil masuknya budaya dari luar.[2]
Globalisasi dunia pendidikan mampu memaksa liberalisasi aneka macam sektor, mengakibatkan melonggarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh Negara karena mengacu ke Standar Internasional, yg mana bahasa Inggris menjadi sangat vital menjadi bahasa komunikasi, agar mampu bersaing di era globalisasi ketika ini.
Globalisasi sudah menciptakan dunia yg semakin terbuka serta saling ketergantungan antarnegara serta antarbangsa. Negara atau bangsa dunia kini bukan saja saling terbuka terhadap satu sama lain, namun juga saling ketergantungan satu sama lain serta itu bersifat asimetris, artinya satu Negara lebih tergantung pada Negara lain daripada kebalikannya. Karena saling ketergantungan serta saling keterbukaan ini, semua Negara pada prinsipnya akan terbuka terhadap pengaruh globalisasi. Dan efek yg ditimbulkan ialah akan masuknya secara bebas nilai-nilai moral, sosial budaya, serta sebagainya yg akan berdampak pada ranah pendidikan yg cenderung akan banyaknya nilai-nilai negative yg masuk tanpa adanya penyaringan.
1.Responsifitas dalam Menghadapi
Setelah mengkaji globalisasi pendidikan terutama problematika serta pengaruh atau dampak yg ditimbulkannya, dalam hal ini berkaitan perihal ranah pendidikan, kita tidak akan mungkin terlepas dari elemen-elemen yg sangat berpengaruh didalamnya serta saling berkaitan satu sama lainnya. Yaitu, pendidik (guru), peserta didik (siswa), orang tua ( keluarga), serta lingkungan.
Telah kita ketahui bersama bahwa globalisasi bisa berdampak positif dalam melakukan perubahan yg lebih baik, namun disisi lain mempunyai dampak negatif yg mampu menjadi boomerang bagi dunia pendidikan khususnya di Indonesia. Hal itu semua akan tergantung bagaimana elemen-elemen yg sangat berpengaruh dalam pendidikan mampu bersikap responsive dalam menghadapi arus globalisasi yg tidak bisa kita hindari, artinya dalam menghadapi arus globalisasi ini kita tidak akan pernah menemukan suatu penyelesaian dengancara menghindari serta berpura-pura tidak memahami apa-apa.
Ada beberapa hal yg perlu diperhatikan oleh semua elemen diatas tadi dalam menghadapi arus globlisasi dalam dunia pendidikan.
1.Pendidik (Guru)
Menurut undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 perihal Guru serta Dosen sudah ditegaskan bahwa yg dimaksud Guru ialah pendidik professional dengan tugas primer mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi peserta didik dijalur pendidikan formal, pendidikan dasar, serta pendidikan menengah.
Disamping itu, di era global ketika ini dituntut adanya fungsi dari keberadaan guru menjadi tenaga professional, yg mampu meningkatkan martabat serta mampu melaksanakan system pendidikan nasional serta mewujudkan pendidikn nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yg beriman serta bertakwa.
Maka dari itu, masalah guru adalah topik yg tidak pernah habis dibahas serta selalu aktual seiring dengan perubahan zaman serta pengaruh globalisasi dalam pendidikan, karena permasalahan guru sendiri serta dunia pendiidkan yg menyangkutnya selalu diperbincangkan. Pada dasarnya problem etika serta moral anak bangsa, bukan hanya permasalahan guru namun andai saja yg dituju ialah moral peserta didik (siswa), maka tidak terdapat alasan buat guru dilibatkan. Guru menjadi pengajar serta pendidik, memang tidak hanya wajib membina para murid segi kognitif serta psikomotoriknya demi peningkatan nilai nomor. Akan namun, seorang guru sangat dituntut agar apa yg dia kerjakan dipraktekan oleh para muridnya dalam kehidupan.
Guru ialah orang yg bertanggung jawab atas peningkatan moral pelajar serta juga kemerosotannya. Untuk itu tugas guru tidak terbatas pada pedagogi mata pelajaran, akan namun yg paling vital ialah pencetakan karakter murid. Tantangan problem ini memang sangat sulit bagi seorang guru karena keterbatasan kontrolling pada murid kerap membuatnya kecolongan.
Disamping itu,dalam menghadapi era globalisasi guru dituntut meningkatkan profesionalitasnya menjadi pengajar serta pendidik. Guru juga wajib siap menghadapi celoteh kunci dunia pendidikan, seperti: kompetisi, transparansi, efisiensi, serta kualitas tinggi. Dengan demikian kualitas mutu pendidikan wajib sangat diperhatikan oleh para guru buat menyelamatkan profesinya.[3]
Untuk itu dalam peningkatan kualitas pedagogi, guru wajib bisa mengembangun 3 intelegensi dasar siswa. Yaitu: intelektual, emosional, serta moral. Tiga unsur itu wajib ditanamkan pada diri murid sekuat-kuatnya agar terpatri dalam dirinya. Kemudian system pembelajaran yg kreatif serta inovatif juga menjadi vital bagi guru, sehingga mampu megembangkan seluruh potensi diri siswa, serta memunculkan keinginan bagi siswa buat maju yg diikuti ketertarikan buat menemukan hal-hal baru pada bidang yg diminati melalui belajr mandiri (self study) yg bertenaga. Dengan perkembangan bidang teknologi warta semakin mendorong dalam kemajuan bidang ilmu pengetahuan, sehingga dunia pendidikan wajib mempunyai kemampuan buat memanfaatkan semaksimal mungkin.
2.Peserta didik (Siswa)
Selain tugas primer seorang siswa yaitu belajar, seorang siswa juga wajib mampu memilah serta memilih segala pengaruh yg masuk dalam dirinya, baik itu pengaruh dari teman sebayanya, lingkungannya, maupun media masa. Dampak dari pengaruh globalisasi terhadap siswa akan sangat mungkin berdampak negativ serta menghancurkan dirinya andai saja tidak segera ditanggulangi.
Baik pengaruh positif maupun negatif dari globalisasi akan sangat terlihat jelas bagi siswa dalam konduite serta tingkah lakunya sehari-hari. Hal itu dikarenakan mereka masih dalam masa-masa labil, serta masa-masa dimana selalu ingin mencoba sesuatu hal yg dipercaya baru. Hal ini yg perlu diperhatikan bagi orang-rang dewasa yg terdapat disekitarnya.
Akses internet yg terbuka seluas-luasnya akan berdampak tidak baik bagi siswa andai saja dipakai buat mengakses video porno, maupun gambar-gambar lainnya yg tidak sepantasnya mereka akses. Namun akan sangat baik andai saja akses interet dipakai oleh mereka buat mencari warta serta pengetahuan sebanyak-banyaknya karena dunia ini akan terasa sempit melaui dunia maya.
Dua hal yg saling kontradiktif namun sangat dekat sekali, sehingga tidak sporadis yg menyalahgunkan dalam pemanfaatan kemajuan teknologi bagi siswa. Maka dari itu 3 unsur dasar bagi siswa, yaitu intelektual, emosional, serta moral sangat vital buat mereka miliki.
Intelektual murid wajib luas, agar dia bisa menghadapi arus globalisasi serta tidak ketinggalan zaman, apalagi sampai terbawa arus. Selain itu, dimensi emosional serta spiritual siswa juga wajib terdidik dengn baik, agar bisa melahirkan konduite yg baik serta bisa bertahan diantara pengaruh demoralisasi di era globalisasi dengan prinsip spiritualnya.
3.Orang tua (Keluarga)
Orang tua atau keluarga dipercaya menjadi pendidikanpertama bagi anak sebelum mereka dikenalkan dengan dunia luar. Pengaruh keluarga juga sangat akbar dalam pertumbuhan seorang anak, karena disamping mempunyai kedekatan secara emosional, mereka juga mempunyai tingkat kebersamaan yg lebih karena tinggal dalam satu atap atau satu tempat tinggal.
Peran orang tua buat mencari tau segala kegiatan yg dilakukan oleh anak-anaknya sangat vital, dimana andai saja keluarga sedikit mengbaikan itu maka akan berdampak pada kepribadian serta konduite anak-anaknya yg tidak terkontrol. Orang tua terkadang memberikan sepenuhnya kepada sekolah dalam mendidik serta berbagi potensi anak, padahal tidak sampai disitu saja karena kontrol dari sekolah terbatas hanya dalam jam pelajaran sekolah.
Mencari memahami segala kegiatan anak tidak wajib dengan mengikutinya setiap detik serta setiap waktu. Namun bisa dilakukan dengan banyak hal serta cara, seperti dengan memberikan perhatian, menanyakan dengan siapa teman bermain, menanyakan keadaan anak kepada guru-guru nya di sekolah,serta lain sebagainya. Hal seperti ini sangat simpel dilakukan, namun terkadang orang tua sibuk dengan kegiatannya masing-masing bahan tidak mau memahami sehingga anak acapkali terabaikan.
4.Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal akan berdampak akbar pada konduite serta kepribadian seseorang, karena acapkali pengaruh teman sebayanya mampu mengalahkan pengaruh guru maupun orang tua.
Gaya hidup lingkungan sekitar juga mampu mengganggu tatanan yg sudah diajarkan disekolah, yaitu yg berkaitan dengan moral seperti tingkah laku serta menghormati orang yg lebih tua acapkali diabaikan karena pengaruh norma orang-orang yg terdapat disekitar kita.
Untuk itu pemilihan lingkungan sangat vital dalam menghadapi arus globalisasi yg akan berdampak pada dunia pendidikan. Karena kewajiban kita ialah bagaimana berinteraksi dengan nya secara positif. Toh, realitas (globalisasi) ini tidak semuanya tidak baik, serta tidak jua semuanya baik. Karena itu kita wajib menyikapinya lewat aneka macam bentuk artikulasi yg kritis namun proporsional.
Pangkal dari arus globalisasi yaitu berada pada kemajuan teknologi warta serta komunikasi yg mampu membawa kepada perubahan-perubahan dalam bidang pendidikan baik perubahan positif maupun perubahan negative.
Maka, Clossing Statement........
Globalisasi sangat erat kaitannya dengan pendidikan yg didalamnya masih terdapat proses mempengaruhi dalam segala bidang terutama dalam ranah pendidikan, yg berimbas pada nlai-nilai moral, sosial, budaya serta kepribadian yg mampu berdampak positif serta negatif. Pendidikan tidak mungkin menisbikan proses globalisasi yg akan mewujudkan masyarakat global ini. Dalam menuju era globalisasi, Indonesia wajib melakukan reformasi dalam proses pendidikan, dengan tekanan menciptakan sistem pendidikan yg lebih komperehensif serta fleksibel. Dan dalam merespon globalisasi, kita hendaknya tidak terjebak ke dalam perilaku-perilaku ekstrem, mendukung serta menerimanya tanpa reserve atau menolaknya mentah-mentah. Akan namun, hendaknya kita bisa bersikap lebih kritis serta kreatif dengan melakukan penelaahan terhadap setiap sisi dari globalisasi.
Dalam konteks Global, UU nomor 17 tahun 2007 merumuskan misi agar Indonesia ikut berperan vital dalam pergaulan dunia Internasional. Misi ini tidak mungkin bisa dicapai tanpa adanya sensitifitas global yg dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. Karena itu melalui pendidikan lah yg mampu menumbuhkan sensitifitas atau pencerahan global ini. Bukan malah menjadikan arus globalisasi yg menggrogoti pendidikan di Indonesia.
Pembentukan karakter bangsa yg mempunyai kepedulian terhadap dunia global menjadi cukup vital. Melalui karakter ini generasi muda diharapkan mampu mengikuti perkembangan dunia global secara kritis. Tidak semata-mata larut dalam aneka macam perubahan serta perkembangan yg terjadi. Apalagi sampai ikut menjadi pelaku aneka macam kejahatan Internasional. Sebaliknya yg diharapkan ialah generasi yg mampu memberikan solusi bagi masa depan dunia yg lebih adil serta damai.
Seorang pendidik/ guru mempunyai tanggung jawab serta peran vital dalam menghadapi tantangan masyarakat global di era globalisasi ini. Guru sangat dituntut buat tetap eksis serta meningkatkan profesionalitasnya menjadi pengajar serta pendidik yg menjadi penentu arah generasi penerus bangsa.
[1] J. Soedjati Djiwandono. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius 2000 hal 103 (disampaikan pada seminar bertajukQuo Vadis Pendidikan di Indonesia, 21 23 Agustus 2000).
[2] Dr Ali Idrus, M.Pd, ME. Manajemen Pendidikan Global, Jakarta: GP Press 2010 hal 48 - 49
[3] Dr Ali Idrus, M.Pd, ME. Manajemen . Ibid. hal 61
[1]H.A.R. Tilaar. Manifesto Pendidikan Nasional. Jakarta: Buku Kompas. 2005. Hal.165
[2] Bagus Mustakim. Pendidikan Karakter ; Membangun karakter emas menuju Indonesia bermartabat. Yogyakarta: Samudra Biru. 2011. Hal. 88-89