Agar memperoleh pijakan berpikir, tentunya cukup strategis jika sebelum mengenal berbagai teori belajar dipahami dulu peran berbagai filsafat pendidikan dalam mengembangkan teori belajar.
Filsafat penidikan berkembang sejak keperluan atas pendidikan sendiri berkembang, kebutuhan semacam ini dirasakan menguat sejak zaman yunani kuno. Tidak heran jika kita bicara tentang filsafat pendidikan muncul nama-nama seperti Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Banyak sekali mazhab atau aliran tentang filsafat pendidikan yang berkembang, tetapi dari sekian banyak aliran itu hanya aliran behaviorisme yang secara utuh menyajikan sekaligus teori belajar, teori behaviorisme. Sementara itu, kebanykan teori belajar yang lain muncul karena menerapkan gagasan dasar, basic ideas, dari beberapa atau sejumlah filsafat pendidikan. Misalnya teori belajar konstruktivisme berkembang sebagai implementasi gagasan dasar dari filsafat pragmatisme dan rekonstruksiinisme sosial. Filsafat pragmatisme kemudian berkembang menjadi progresivisme.
Mengapa filsafat pendidikan itu penting? Tidak dapat ipungkiri bahwa setiap praktik pendidikan di sekolah, setiap pembelajaran oleh guru, selalu dilandasi oleh seperanvkat keyakinan, yang bersumber kepada filsafat penidikan, dan berpengaruh terhadap apa dan bagaimana seharusnnya siswa dibelajarkan. Filsafat sebagai karya pikir manusia mampu menunjukkan pengertian hakiki tentang sesuatu dan digunakan oleh manusia. Filsafat pendidikan menjawab berbagai pertanyaan tentang tujuan persekolahan, peranan guru, dan tentang apa yang harus diajarkan, kurikulum, dan dengan metode apa hal itu harus diajarkan. Atas dasar itu pendidikan menyususn deskripsi tentang apa yang seyogianya dapat dilakukan melalui pendidikan untuk mengembangkan potensi manusia.
Dalam konteks bagaimana pembelajaran dilakukan, secara historis filsafat pendidikan dibagi menjadi dua, yaitu filsafat pendidikan yang berasumsi guru sebagai pusat pembelajaran (teacher-centered philosophies) dan filsafat pendidikan yang berasumsi siswa sebagai pusat pembelajaran (student-centered philosophies). Teacher-centered philosophy dikatakan cenderung lebih otoriter dan konservatif, dan menekankan pengembangan nilai-nilai dan pengetahuan yang telah hadir sejak dulu samapi sekarang. Aliran pokok dari filsafat yang berpusat kepada guru, yaitu esensialisme dan perenialisme. Student-centered philosopy lebih berfokus kepada kebutuhan pembelajaran, kontenporer dan relevan, serta menyiapkan siswa untuk perubahan di masa depan. Sekolah dipandang sebagai suatu lembaga yang bekerja dengan kaum muda untuk membangun dan memperbaiki masyarakat atau membantu para siswa menyadari tanggung jawab indivifual mereka di masyarakat. Aliran pokok dari paham ini adalah progresivisme, rekonstruksionisme sosial, dan eksistensialisme. Dalam paham ini siswa dan guru bekerja sama untuk menentukan apa saja yang harus dipelajari dan bagaimana cara terbaik untuk mempelajarinya.