Depdiknas ( 2003 : 7 ) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek/ tugas terstruktur ( project-based learning ) merupakan pendekatan pembelajaran yang membutuhkan suatu pembelajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa ( kelas ) didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi suatu materi pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkonstruk (membentuk pembelajarannya, dan mengkulminasikannya dalam produk nyata. Bern dan Erickson ( 2001: 7 ) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek ( project-based learning ) merupakan pendekatan yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan karya nyata. Model - model pembelajaran berbasis proyek :
1. Pembelajaran Portofolio
Pada umumnya portofolio dikenal sebagai model penilaian, yaitu kumpulan hasil ulangan harian, fonnatif, sumatif, dan nilai tugas terstruktur yang disusun dalam satu map jepit (binder). Saat ini portofolio dikembangkan pula sebagai model pembelajaran. Dalam hal ini, diartikan sebagai suatu kumpulan pengalaman-pengalaman belajar siswa dalam aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), ataupun nilai dan sikap (afektif) dengan maksud tertentu dan diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Portofolio ini biasanya merupakan karya terpilih dari seorang siswa, atau kelompok, atau karya satu kelas secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif.
Langkah-langkah pembelajaran portofolio meliputi :
- Mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat.Untuk melakukan identifikasi masalah, diawali dengan diskusi kelas guna berbagi pengetahuan tentang masalah-masalah di masyarakat. Adapun masalah-masalah di lingkungan masyarakat yang dapat dibahas di antaranya :
- Kebersihan lingkungan.
- Keamanan lingkungan
- Pencemaran lingkungan.
- Praktik main hakim sendiri.
- Masalah kedisiplinan masyarakat.
- Memilih masalah untuk kajian kelas. Setelah kelas memiliki cukup informasi tentang masalah-masalah yang akan dikaji, maka langkah selanjutnya adalah membuat daftar masalah dan menentukan salah satu di antaranya untuk bahan kajian kelas. Misalnya dari daftar masalah di atas, kelas memilih masalah kebersihan lingkungan.
- Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelas. Mengidentifikasi sumber-sumber informasi terkait dengan kebersihan lingkungan. Setelah kelas memutuskan sumber-sumber informasi yang akan digunakan, kelas hendaknya dibagi ke dalam tim-tim peneliti. Setiap tim hendaknya bertanggung jawab untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang berbeda, misalnya perpustakaan, biro kliping, petugas kebersihan, kepolisian, kepala desa, tokoh agama, ketua RT/RW, dan sebagainya.
- Mengembangkan portofolio kelas. Jika informasi telah dirasakan cukup, mulailah mengembangkan portofolio kelas tentang masalah kebersihan lingkungan. Portofolio yang dikembangkan meliputi dua seksi, yaitu portofolio seksi penayangan dan seksi dokumentasi. Portofolio seksi penayangan adalah portofolio yang akan ditayangkan sebagai bahan presentasi kelas pada saat showcase. Adapun portofolio seksi dokumentasi adalah portofolio yang disimpan pada sebuah map jepit (binder) yang berisi data dan informasi lengkap setiap kelompok portofolio. Pada saat mengembangkan portofolio kelas, siswa dibagi ke dalam empat kelompok portofolio. Masing-masing kelompok ditugasi untuk membuat salah satu bagian dari portofolio kelas. Berikut ini adalah tugas-tugas setiap kelompok portofolio.
- Kelompok portofolio satu: menjelaskan masalah kebersihan hngkungan.
- Kelompok portofolio dua: mengkaji kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah kebersihan lingkungan.
- Kelompok portofolio tiga: mengusulkan kebijakan publik untuk mengatasi masalah kebersihan lingkungan.
- Kelompok portofolio empat: membuat rencana tindakan selanjutnya untuk menjaga kebersihan lingkungan.
- Penyajian portofolio (show-case). Setelah portofolio kelas selesai dibuat, kelas dapat menyajikanya dalam kegiatan showcase (gelar kasus) di hadapan dewan juri (judge). Dewan juri adalah orang dewasa yang merupakan tokoh yang mewakili sekolah dan masyarakat, jumlahnya yang ideal sekitar tiga orang. Dewan juri ini akan menilai penyajian para siswa atas dasar kriteria yang sama seperti yang digunakan untuk membuat portofolio kelas. Dalam penyajian portofolio, guru bersama siswa harus menyiapkan ruangan yang cukup representatif untuk melaksanakan kegiatan penyajian portofolio ini. Selain itu, tatalah ruangan sesuai dengan keperluan penyajian portofolio.
Adapun langkah-langkah dalam penyajian portofolio adalah (1) pembukaan, (2) penyajian lisan kelompok portofolio, (3) tanya jawab, (4) selingan, biasanya diisi dengan penampilan kreativitas seni, (5) tanggapan undangan, dan (6) pengumuman dewan juri terhadap hasil penampilan siswa.
Model Pembelajaran Berbasis Proyek Lainnya Silahkan klik di bawah ini :
2. Inquiry
3. Group Investigation ( Sharan, 1992 )
4. Karyawisata
Sumber : Pembelajaran Kontekstual ( konsep dan aplikasi ) ( Dr. kokom komalasari, M.Pd.
Model Pembelajaran Berbasis Proyek Lainnya Silahkan klik di bawah ini :
2. Inquiry
3. Group Investigation ( Sharan, 1992 )
4. Karyawisata
Sumber : Pembelajaran Kontekstual ( konsep dan aplikasi ) ( Dr. kokom komalasari, M.Pd.