-->

Belajar yang Dilandasi Kognitivisme dan Konstruktivisme

Dalam hal ini memang agak sulit untuk membedakan secara jelas antara peraktik belajar dan pembelajaran yang dilandasi paham kognitivisme dengan paham konstruktivisme karena kesinambungan kedua paham tersebut. Seperti diungkap di depan menurut aliran konstruktivisme yang sebenarnya juga berbasis kognitivisme, belajar adalah suatu proses aktif menyusun makna melalui setiap intraksi dengan lingkungan dengan membagun hubungan antara konsep yang telah dimiliki dengan fenomena yang sedang dipelajari (sutrisno, 1994). Namun, memang tidak boleh diabaikan bahwa ada sejumlah ahli yang menganggap adanya sikap khas dari belajar menurut konstruktivisme dan berbeda dari aliran kongnitivisme. Ini terutama diungkap oleh para ahli yang cenderung menerapkan jean Piaget sebagai pelopor kognitivisme dan tidak banyak teribat dalam konstruktivisme, misalnya para ahli yang banyak mengembangkan teori scaffolfing.


Konsep awal pada hakikatnya adalah skemata atau struktur kognitif awal yang telah dimiliki siswa sebelum mengikuti pembelajaran secara formal, sebagai hasil pengalaman tatap muka dengan guru. Seringkali konsep awal siswa ini tidak cocok, tidak konsisten dengan konsepsi ilmuan yang disampaikan oleh guru atau yang dibacanya dari buku-buku dan majalah ilmiah. Terjadilah apa yang disebut miskonsepsi, pre-konsepsi atau bingkai kerja alternatif (alternative framework). Miskonsepsi ini merangsang timbulnya apa yang disebut disonansi kognitif, terjadi ketidakseimbangan (disekuilibrium)  dan melalui perubahan struktur kognitifnya, menurut Piaget, harus dicapai keadaan ekuilibrisasi itu agar terjadi bentuk struktur kognitif yang baru maka siswa harus belajar.

LihatTutupKomentar