Terbongkar... Rahasia Sukses Pendidikan kepada Finlandia!
KOMPAS.com - Selama ini warga Indonesia nisbi poly membaca & melihat isu mengenai nyamannya bersekolah kepada Finlandia. Apa bedanya sekolah kepada Indonesia beserta kepada negara mini tadi?
Begitu poly ulasan kepada Facebook atau Youtube mengenai Finlandia. Beberapa berasal kita mungkin juga bertanya-tanya, apakah betul kepada sana murid-murid nir diberi PR, & nir terdapat ujian?
Apa betul murid-murid kepada Finlandia nir dibiarkan menghafal? Kalau betul, niscaya menyenangkan sekali. Bukan begitu?
Tak heran, poly yg bertanya-tanya ihwal pendidikan kepada negara mini jumlah total penduduk tidak lebih berasal 6 juta orang tadi. Siswa-peserta didik Finlandia selalu memperoleh peringkat atas kepada tes PISA atau Programme for International Student Assessment.
Dipikir-pikir, apa mungkin negara beserta jumlah penduduk separuh Jakarta ini bisa memiliki kualitas pendidikan taraf global? Apalagi, negara ini nir seagresif negara-negara lain mirip Amerika Serikat, Jepang, Hongkong, atau Singapura contohnya, yg menyetel pendidikan mereka menjadi lebih cepat.
Di Indonesia, rasa bertanya-tanya terhadap pendidikan kepada negara nordik ini mengemuka kembali. Ini terjadi terutama selesainya terdapat terdapat gagasan buat memberlakukan sistem full day school dalam sistem pendidikan nasional.
Gagasan yg dilontarkan sang Menteri Pendidikan & Kebudayaan Muhadjir Effendy semenjak awal 2016 & sempat menerima "lampu hijau" berasal Presiden Joko Widodo) itu menerima bermacam respon penolakan.
Sebagian akbar mempertanyakan seberapa jauh durasi sekolah formal bisa berbanding lurus beserta kualitas pemahaman peserta didik. Ada yg membicarakan hal ini justru akan membebani peserta didik, keluarga, bahkan pengajar.
Tak ayal, poly juga yg membandingkan beserta sistem pendidikan kepada negara-negara lain. Dari situlah, orang merujuk kepada segala yg terjadi kepada Finlandia.
Pendidikan ala Finlandia
Apa yg sesungguhnya terjadi kepada Finlandia barangkali bisa memberi kesadaran. Timothy D. Walker, dalam kitab terbarunya Teach Like Finland atau Mengajar mirip Finlandia membocorkan beberapa kunci & taktik sederhana ihwal pendidikan kepada Finlandia.
Timothy atau akrab disapa Tim menulis kitab ini sinkron pengalamannya sendiri menjadi mantan pengajar kepada AS yg mengajar kepada sebuah sekolah dasar kepada Finlandia. Tim menemukan beberapa konklusi.
Pertama, pendidikan kepada Finlandia sangat memperhatikan kesejahteraan (well-being), baik itu murid juga pengajar.
"Di hari-hari pertama mengajar, aku menghabiskan dikala istirahat buat mengecek materi pedagogi aku atau mengecek email, mirip yg biasa aku lakukan kepada AS. Sementara itu, pengajar-pengajar Finlandia malah bersantai kepada ruang pengajar sambil ngopi," tulis Tim.
Tidak berapa usang, seseorang pengajar mendatangi Tim & mengajaknya bergabung, sambil membicarakan, "Saya sangat risi beserta kesehatan Enda. Apakah Enda tertekan, ingat Enda artinya tuan atas pekerjaan, jangan sampai diperbudak sang pekerjaan."
Tim melihat itu menjadi galat satu kerangka berpikir yg sangat positif. Pendidikan kepada Finlandia memperhatikan beserta sungguh, kesejahteraan, baik fisik juga batin setiap individu. Ini tampak juga dalam kebijakan bagi para peserta didik.
Siswa kepada Finlandia getol memanfaatkan dikala rehat buat bermain & berkejar-kejaran, bahkan tiap sekolah menyediakan indera bermain. Para peserta didik juga diminta buat bergabung kepada sebuah klub minat & bersosialisasi kepada lingkungan wilayah tinggalnya. Ini sangat memungkinkan lantaran total jam sekolah homogen-homogen hanya 18 jam per minggunya.
Adakah PR kepada Finlandia?
Sepertinya itu artinya mitos yg telanjur terkenal, & sayangnya, dari Tim, itu nir betul. Para peserta didik permanen mendapatkan PR, namun diberikan beserta sangat memperhitungkan taraf kesulitannya.
Para pengajar menyampaikan PR yg nir berat, bahkan homogen-homogen bisa dikerjakan dalam dikala 30 menit saja. Intinya, mereka ingin para peserta didik sungguh mendapatkan istirahat yg nisbi sepulang sekolah, & bisa melanjutkan kegiatan yg lain.
Selain itu, Tim juga melihat bahwa para peserta didik homogen-homogen bisa berdiri diatas kaki sendiri. Sekolah & warga Finlandia bekerja sama buat mengupayakan peserta didik-peserta didik yg bisa berdiri diatas kaki sendiri.
Percayalah, Enda akan terkaget-kaget melihat peserta didik SD yg pergi-balik sekolah sendirian, naik bus atau kereta. Dari semangat bisa berdiri diatas kaki sendiri itulah para peserta didik terbiasa buat berpikir beserta cermat, bahkan menembus batasannya.
Selain hal-hal itu, Tim menjelaskan kunci lainnya, mirip upaya buat menyampaikan rasa dimiliki atau sense of belonging, ikhtiar buat mengajarkan hal-hal yg fundamental, kemampuan buat manunggal beserta alam yg hening, & masih poly lagi.
Nasihat Pamungkas
Bab terakhir kitab ini berjudul unik: Jangan Lupa Bahagia! Ini adalah tips pamungkas kepada penghujung kitab.
Tim hendak menggarisbawahi bahwa esensi pendidikan yg sewajarnya berjalan seiring beserta prinsip universal hayati bagi masing-masing orang. Kebahagiaan diberi wilayah yg primer dalam kurikulum kepada Finlandia.
Orang Indonesia tentu acapkali mendengar poly orang tua atau pengajar yg tergiur buat "mencambuk" anak sendiri buat bisa menguasai poly hal kepada luar kemampuannya. Anak-anak pun bekerja beserta tanpa henti, belajar beserta tergesa-gesa.
Akibatnya apa? Pendidikan berjalan beserta terpaksa lantaran lebih mirip sebuah siksaan. Pendidikan menjadi nir menyenangkan.
Ya, kepada Finlandia sistem pendidikan yg membahagiakan menjadi fokusnya. Anak yg gembira menyidik poly hal beserta enteng.
Tentu saja, masih poly hal-hal menarik ihwal seluk belum pendidikan kepada Finlandia kepada kitab ini. Enda tertarik buat membaca lebih lanjut Teach Like Finland?
ADINTO FAJAR/GRASINDO
KOMPAS.com - Selama ini warga Indonesia nisbi poly membaca & melihat isu mengenai nyamannya bersekolah kepada Finlandia. Apa bedanya sekolah kepada Indonesia beserta kepada negara mini tadi?
Begitu poly ulasan kepada Facebook atau Youtube mengenai Finlandia. Beberapa berasal kita mungkin juga bertanya-tanya, apakah betul kepada sana murid-murid nir diberi PR, & nir terdapat ujian?
Apa betul murid-murid kepada Finlandia nir dibiarkan menghafal? Kalau betul, niscaya menyenangkan sekali. Bukan begitu?
Tak heran, poly yg bertanya-tanya ihwal pendidikan kepada negara mini jumlah total penduduk tidak lebih berasal 6 juta orang tadi. Siswa-peserta didik Finlandia selalu memperoleh peringkat atas kepada tes PISA atau Programme for International Student Assessment.
Dipikir-pikir, apa mungkin negara beserta jumlah penduduk separuh Jakarta ini bisa memiliki kualitas pendidikan taraf global? Apalagi, negara ini nir seagresif negara-negara lain mirip Amerika Serikat, Jepang, Hongkong, atau Singapura contohnya, yg menyetel pendidikan mereka menjadi lebih cepat.
Di Indonesia, rasa bertanya-tanya terhadap pendidikan kepada negara nordik ini mengemuka kembali. Ini terjadi terutama selesainya terdapat terdapat gagasan buat memberlakukan sistem full day school dalam sistem pendidikan nasional.
Gagasan yg dilontarkan sang Menteri Pendidikan & Kebudayaan Muhadjir Effendy semenjak awal 2016 & sempat menerima "lampu hijau" berasal Presiden Joko Widodo) itu menerima bermacam respon penolakan.
Sebagian akbar mempertanyakan seberapa jauh durasi sekolah formal bisa berbanding lurus beserta kualitas pemahaman peserta didik. Ada yg membicarakan hal ini justru akan membebani peserta didik, keluarga, bahkan pengajar.
Tak ayal, poly juga yg membandingkan beserta sistem pendidikan kepada negara-negara lain. Dari situlah, orang merujuk kepada segala yg terjadi kepada Finlandia.
Pendidikan ala Finlandia
Apa yg sesungguhnya terjadi kepada Finlandia barangkali bisa memberi kesadaran. Timothy D. Walker, dalam kitab terbarunya Teach Like Finland atau Mengajar mirip Finlandia membocorkan beberapa kunci & taktik sederhana ihwal pendidikan kepada Finlandia.
Timothy atau akrab disapa Tim menulis kitab ini sinkron pengalamannya sendiri menjadi mantan pengajar kepada AS yg mengajar kepada sebuah sekolah dasar kepada Finlandia. Tim menemukan beberapa konklusi.
Pertama, pendidikan kepada Finlandia sangat memperhatikan kesejahteraan (well-being), baik itu murid juga pengajar.
"Di hari-hari pertama mengajar, aku menghabiskan dikala istirahat buat mengecek materi pedagogi aku atau mengecek email, mirip yg biasa aku lakukan kepada AS. Sementara itu, pengajar-pengajar Finlandia malah bersantai kepada ruang pengajar sambil ngopi," tulis Tim.
Tidak berapa usang, seseorang pengajar mendatangi Tim & mengajaknya bergabung, sambil membicarakan, "Saya sangat risi beserta kesehatan Enda. Apakah Enda tertekan, ingat Enda artinya tuan atas pekerjaan, jangan sampai diperbudak sang pekerjaan."
Tim melihat itu menjadi galat satu kerangka berpikir yg sangat positif. Pendidikan kepada Finlandia memperhatikan beserta sungguh, kesejahteraan, baik fisik juga batin setiap individu. Ini tampak juga dalam kebijakan bagi para peserta didik.
Siswa kepada Finlandia getol memanfaatkan dikala rehat buat bermain & berkejar-kejaran, bahkan tiap sekolah menyediakan indera bermain. Para peserta didik juga diminta buat bergabung kepada sebuah klub minat & bersosialisasi kepada lingkungan wilayah tinggalnya. Ini sangat memungkinkan lantaran total jam sekolah homogen-homogen hanya 18 jam per minggunya.
Adakah PR kepada Finlandia?
Sepertinya itu artinya mitos yg telanjur terkenal, & sayangnya, dari Tim, itu nir betul. Para peserta didik permanen mendapatkan PR, namun diberikan beserta sangat memperhitungkan taraf kesulitannya.
Para pengajar menyampaikan PR yg nir berat, bahkan homogen-homogen bisa dikerjakan dalam dikala 30 menit saja. Intinya, mereka ingin para peserta didik sungguh mendapatkan istirahat yg nisbi sepulang sekolah, & bisa melanjutkan kegiatan yg lain.
Selain itu, Tim juga melihat bahwa para peserta didik homogen-homogen bisa berdiri diatas kaki sendiri. Sekolah & warga Finlandia bekerja sama buat mengupayakan peserta didik-peserta didik yg bisa berdiri diatas kaki sendiri.
Percayalah, Enda akan terkaget-kaget melihat peserta didik SD yg pergi-balik sekolah sendirian, naik bus atau kereta. Dari semangat bisa berdiri diatas kaki sendiri itulah para peserta didik terbiasa buat berpikir beserta cermat, bahkan menembus batasannya.
Selain hal-hal itu, Tim menjelaskan kunci lainnya, mirip upaya buat menyampaikan rasa dimiliki atau sense of belonging, ikhtiar buat mengajarkan hal-hal yg fundamental, kemampuan buat manunggal beserta alam yg hening, & masih poly lagi.
Nasihat Pamungkas
Bab terakhir kitab ini berjudul unik: Jangan Lupa Bahagia! Ini adalah tips pamungkas kepada penghujung kitab.
Tim hendak menggarisbawahi bahwa esensi pendidikan yg sewajarnya berjalan seiring beserta prinsip universal hayati bagi masing-masing orang. Kebahagiaan diberi wilayah yg primer dalam kurikulum kepada Finlandia.
Orang Indonesia tentu acapkali mendengar poly orang tua atau pengajar yg tergiur buat "mencambuk" anak sendiri buat bisa menguasai poly hal kepada luar kemampuannya. Anak-anak pun bekerja beserta tanpa henti, belajar beserta tergesa-gesa.
Akibatnya apa? Pendidikan berjalan beserta terpaksa lantaran lebih mirip sebuah siksaan. Pendidikan menjadi nir menyenangkan.
Ya, kepada Finlandia sistem pendidikan yg membahagiakan menjadi fokusnya. Anak yg gembira menyidik poly hal beserta enteng.
Tentu saja, masih poly hal-hal menarik ihwal seluk belum pendidikan kepada Finlandia kepada kitab ini. Enda tertarik buat membaca lebih lanjut Teach Like Finland?
ADINTO FAJAR/GRASINDO